Monday 29 February 2016

// // 1 comment

Sekilas Tentang Sayid Mahmud Nur

Pada Abad 8 Hijriyah, di Yaman ada sebuah Pondok Pesantren, yang mana harus memenuhi syarat tertentu bila mondok di pesantren tersebut, yakni harus mimpi bertemu Rasululloh SAW.
Adalah tidak sembarang orang bisa mimpi bertemu Rasululloh Muhammad SAW seseorang yang bisa mimpi bertemu Rasululloh memang takdir Alloh dan dikehendaki Alloh.
Alhamdulillah Muhmud Nur termasuk santri yang diterima langsung oleh Kyainya, karena walaupun Mahmud Nur belum bercerita Sang Kyai sudah memahaminya.
Bukan itu saja, Mahmud Nur setelah diterima menjadi santri, kalau ingin mendapat pelajaran dari Sang Kyai adalah harus menghafal Al-Qur’an lebih dahulu, hal ini tidak menjadikan pemikiran yang memberatkan bagi Mahmud Nur, hatinya penuh syukur telah diterima menjadi santri yang Beliau hajatkan. Hanya beberapa bulah Mahmud Nur bisa setor hafalan Al-Qur’an pada Kyainya, dan sudah barang tentu setiap saat, setiap waktu beliau Mahmud Nur diajarkan pengetahuan agama, juga tugas untuk riyadoh, dzikir dan lainnya dan kesemuanya telah dicukupi oleh Sang Kyai kebutuhan keseharian Mahmud Nur sampai dipandang cukup ilmu lahir dan batin oleh Sang Kyai. Setelah 7 tahun Mahmud Nur diijinkan berkunjung pada kekurangannya.
Beberapa tahun Mahmud Nur membantu Sang Kyai kepengurusan di Pesantren tersebut, beliau dicarikan jodoh seorang  gadis sholihah, dan dari perjodohannya Alloh SWT mengaruniai seorang anak laki-laki diberi nama Ishaq.
Sayid Mahmud Nur merintis Pondok Pesantren
Sayid Muhmud Nur dengan tekun mendidik berbagai pengetahuan, karena memang Mahmud Nur diberi karomah oleh Alloh banyak para santri yang mondok dan tabarukan pada Sayid Mahmud Nur. Kecerdasan Sayid Ishaq luar biasa sehingga pada usia 15 tahun telah terkenal pemuda yang alim alamah, dan mampu membantu mengajar Ayahandanya.
Setelah Syeh Ishaq berumah tangga, Ayahandanya memberi amanah agar pesantren yang telah berkembang dan banyak santri ini dipimpin Syeh Ishaq.
Pergilah Syeh Mahmud Nur ke Pulau Jawa kebetulan islam ditanah Jawa telah dipimpin oleh seseorang Raja yakni Sultan Raden Patah. Kedatangan Sayid Mahmud Nur memang dibutuhkan.
Semula tujuan Sayid Mahmud Nur berlabuh di Pantai Demak, atas kehendak Alloh mendaratlah Beliau di Pantai Juana. Setelah istirahat beberapa hari di Juana Sayid Mahmud Nur memandang dari kejauhan terlihat tanah menggunung atau lebih tinggi dari yang lainnya. Penasaranlah Beliau berjalan pada tempat tersebut. Sesampainya tempat yang diangan-angan, Beliau pijakkan telapak kaki Beliau langsung terasa ada rasa sejuk dan penuh barokah sambil berguman dalam hati DAROSI-DAROSI yang maksudnya kurang lebih Ya Alloh inilah tempat aku memberi pelajaran agama islam. Dalam bahasa arab DARSUN adalah pelajaran, MUDARIS adalah guru (yang memberi pelajaran) Darasi adalah pelajaranku. Karena kurang fasihnya mengucapkan DARASI terkenallah ucapan DRESI sampai sekarang.
Memang Sayid Mahmud Nur adalah agung karomahnya dan keulama’annya bahkan kewaliannya. Sehingga dalam waktu singkat telah mencium karomah harumnya aleh para wali yang lain sehingga belum ada sebulan Sayid Mahmud Nur telah banyak tamu dan mengucapkan selamat datang dan ucapan terima kasih atas kehadirannya. Perlu kita maklumi bersama, ombak pulau jawa pada saat itu sampai utara  makam Maulana Zanjar Attarimi yakni sampai gunung Dresi ini.
Disini Sayid Mahmud Nur berniaga pada siang harinya alhamdulillah hari demi hari ikan-ikan yang di peroleh para pelaut diberikan Sayid Mahmud Nur dan dijualnya pada para tengkulak dan oleh para tengkulak dijual pada perorangan cepat habis, sehingga para tengkulak berkeinginan untuk belajar lebih banyak, sehingga muka rumah Sayid Mahmud Nur setiap subuh sudah menggunung hasil tampungan ikan dari nelayan, dalam sekejap dagangan telah habis dibeli para tengkulak.
Sayid Mahmud Nur menjadi saudagar ikan terkaya, disamping keutamaannya yang karismatik, ramah-santun-dermawan, sehingga cepat menyatu dengan warga masyarakat dan terkenallah sebuata Beliau dari masyarakat luas.
Di Tarim -Yaman lahirlah bayi mungil laki-laki yang bercahaya pada hari jum’ah tanggal 7 Shofar 856 H, karena orang-orang yang menjenguk bayi yang keluar dari rahim istri Sayid Ishaq dengan ucapan Zanjar (mungkin bahasa adab bermakna bayi yang cantik, mungil, bercahaya atau sebutan yang lainya) maka para tamu Sayid Ishaq mengusulkan agar diberi nama Zanjari (Wallohul a’lam bimurodih) sampai umur umur 9 tahun Zanjari tidak mau disekolahkan sehingga pengetahuan keilmuan tidak seperti teman sebayanya yang telah bersekolah.
Dengan sabar ayahnya mengajak Zanjari ke Pulau Jawa menjumpai kakeknya Sayid Mahmud Nur, karena atas permintaan masyarakat juga keluarga, Sayid Mahmud Nur sudi kembali ke Negeri Yaman.
Bergembira penuh syukur ke hadirat Alloh SWT Syeh Ishaq dengan anaknya bisa mendarat di Pantai Rembang dengan sehat wal afiat, begitu datang telah ada yang menjemput dari para santri Sayid Mahmud Nur, itulah rahasia kewalian Beliau dan mukasafah Beliau, Alloh memberi ilham bahwa anak dan cucuknya datang tepat pada jam dan hari yang mana Beliau mengutus menjemput mereka. Sayid Mahmud Nur telah mengerti dan berpesan agar menjemput anak dan cucuknya.
Kedatangan Sayid Ishaq dengan Maulana Zanjar Attarimi yang masih berumur 9 tahun, sekitar pukul 22 atau 10 malam sangat mengagetkan eyangnya yakni Sayid Mahmud Nur, karena terlihat oleh Sayid Mahmud Nur memancar sinar yang sangat terang dan tajam dari dadanya dan dibelakangnya Nabi Hidir Alaihissalam. Dengan bahasa isyaroh Nabi Hidir A.S. hanya Sayid Mahmud Nur yang faham, Nabi Hidir berkata “wahai Mahmud Nur inilah cucukmu kelak akan menjadi Wali Agung di Jamanya”  setelah Sayid Mahmud Nur menjawab : Alhamdulillah, Nabi Hidir hilang tanpa bekas.
Rasa haru penuh tangis, telah 10 tahun Syeh Mahmud Nur tidak bertemu putra satu-satunya (anak tunggal), ternyata telah menggandeng anak laki-laki yang sangat tampan, matanya yang berkilauan, terdiam seribu bahasa seraya berdoa dalam hati Sayid Mahmud Nur, Ya Alloh semoga kelak cucuku menjadi kekasihmu dan masukkanlah pembesar dari para wali-Mu ya Alloh.
Syeh Ishaq sangat sopan pada Ayahandanya, akan menghaturkan kedatangan yang sebenarnya, mencari waktu yang benar-benar tepat dan tidak mengecewakan Bapaknya.
Syeh Ishaq belum sempat menghaturkan hajatnya, langsung diberi tugas Ayahandanya agar kesibukan Sayid Mahmud Nur bisa ditangani anaknya. Syeh Ishaq memang anak yang sholih, sejak kecil belum ada hal-ihwal dan ucapanya yang mengecewakan Bapaknya, maka tugas yang dia amanahkan  : jual beli atau bisnis Sayid Mahmud Nur dikerjakan dengan penuh tanggungjawab.
Sejak melihat dan memondong cucunya, Sayid Mahmud Nur tidak doyan makan dan minum, tidurpun tidak pernah karena memang tidak merasa lapar dan dahaga juga kantuk untuk ingin tidur.
Syeh Mahmud Nur berpesan “wahai anakku, bapak melihat kelebihan pada cucuku, aku berniat mulai hari ini diam disini, jangan kamu menegurku, jangan kamu kawatirkan keselamatanku, bertaqwalah pada Alloh.
7 hari 7 malam Syeh Mahmud Nur berkhulwat (bersemedi) Nabi Hidir A.S. memberitakan bahwa : kekasih alloh (cucumu) yang telah engkau Riyadohi, teruskanlah sampai aku datang disini, bila tugasmu selesai, pasti aku mendatangimu, dan kelak bila kamu wafat, aku (Nabi Hidir) yang menguburkan jenazahmu. (wallohu a’lam).
Syeh Ishaq sami’an wa toatan pada Ayahandanya. Dididiklah Zanjar Attarimi tentang agama islam oleh Ayahandanya. Setelah umur 15 tahun  Zanjar Attarimi ke Yaman, dititipkan melalui kenalan-kenalan Syeh Ishaq yang biasa pulang pergi ke Pulau Jawa.
Syeh Ishaq berpesan agar diantar ke tempat ibunya di Tarim – Yaman untuk bersekolah disana, agar supaya alim seperti ayah dan kakeknya.
Pada umur 24 tahun Maulana Zanjar Attarimi nikah dan dikaruniai 6 orang anak, (4 orang laki dan nomor 3-4 perempuan) pada umur 51 tahun, Maulana Zanjar Attarimi mohon izin pada keluarganya pergi ke Pulau Jawa dengan didampingi sahabat setianya = Syeh Husain Al Qodri (teman sekelas waktu di Yaman)
Setibanya di Dresi Syeh Zanjari mendapati rumah yang kosong, karena Ayahandanya telah meninggal dunia. Dan kakeknyapun telah tiada (sebenarnya Syeh Mahmud Nur masih hidup tapi tidak dapat ditembus dengan pandangan mata lahir).
Sejak itulah Syeh Zanjari tidak berbicara dan apabila ada orang yang butuh dengan beliau, cukup memberi isyaroh dan syeh husain Qodri dapat menjelaskannya. Diam dan membisu Syeh Zanjari hanya Alloh SWT yang tau. Tapi bukan karena Ayahandanya telah meninggal dunia.
Syeh Zanjari R.A. meninggal dunia pada usia 52 tahun pada tanggal 12 Sya’ban 908 H.
Namun kakeknya yang bernama Sayid Mahmud Nur bertapa dari 865 H sampai sekarang. Oleh masyarakat sekitar pertapaan Sayid Mahmud Nur ditandai dengan selambu putih 3 X 4 meter dan terletak arah barat daya sekitar 50 meter dari makam Maulana Zanjari.
Tanda-tanda wali kutub :
  1. Mampu memberi bantuan berupa rahmad dan pemeliharaan yang khusus dari Alloh SWT
  2. Mampu menggantikan Wali Kutub yang lain
  3. Mampu membantu malaikat memikul arasy
  4. Hatinya terbuka dari hakikat Dzat-Nya Alloh SWT dengan disertai sifat-sifat-Nya
Read More

Sunday 28 February 2016

// // Leave a Comment

Habib Luthfy Kembali Memimpin Jam’iyyah Thariqah Periode 2012-2016


Habib Muhammad Luthfy bin Ali bin Hasyim bin Yahya ditetapkan kembali menjadi Rais Aam Idaroh Aliyah Jam’iyyah Ahlit Thariqah Al Mu’tabarah An Nahdliyyah (Jatman) periode 2012 – 2016. Sementara Mudir Aam dipercayakan kepada KH Abdul Mu’thi Nurhadi yang sebelumnya menjabat sebagai Mudir Idaroh Wustho Jatman Propinsi Jawa Timur.
Keputusan penetapan pasangan Habib Luthfy dan KH Mu’thi dilakukan melalui sidang Komisi Majelis Ifta’ yang berlangsung Jum’at (13/1) tadi malam, yang dipimpin langsung oleh Habib Luthfy bersama anggota majelis ifta’ yang diwakili dari unsur Idaroh Aliyah dan Rais Idaroh Wustho yang diambil dari unsur perwakilan Pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Papua.
Sedangkan Posisi Katib Aam, Sekretaris Jendral dan Bendahara Umum masih dijabat pengurus lama yakni KH. Zaini Mawardi, KH. Mohammad Masroni dan Ir. Bambang Iriyanto.

KH Mohammad Masroni kepada NU Online mengatakan, hasil sidang majelis ifta’ baru menghasilkan sebagian kepungurusan idaroh aliyah Jatman, sedangkan kelengkapan kepengurusannya baru akan dibahas pada pertemuan lanjutan tanggal 2 Pebruari 2012 di Pekalongan.
Sebagaimana dalam tata tertib Muktamar XI Jatman pasal 19 bahwa pengangkatan Rais Aam diserahkan kepada Majelis Ifta’ sedangkan untuk Mudir Aam dipilih oleh Rais Aam atas pertimbangan Majelis Ifta’ setelah diajukan oleh peserta muktamar.
Hal ini sangat berbeda pada Muktamar NU yang selama ini berlangsung, dimana proses penetapan Rais Aam dan Ketua Umum PBNU melalui pemilihan langsung oleh peserta muktamar dan kelengkapan pengurus dilakukan melalui rapat tim formatur.
Acara penutupan Muktamar XI Jatman akan dilakukan hari ini, Sabtu (14/1) pagi, oleh Menteri Koordinator (Menko) Perekonomian Hatta Rajasa yang didahului dengan ceramah dan deklarasi Mahasiswa Ahlit Thariqah Al Mu’tabarah An Nahdliyyah (MATAN) dan pengumuman hasil sidang Majelis Ifta’ tentang susunan kepengurusan Idaroh Aliyah Jam’iyyah Ahlit Thariqah Al Mu’tabarah An Nahdliyyah periode 2012 – 2017 hasil Muktamar XI Jatman yang berlangsung di Pesantren Al Munawariyah Bululawang Kabupaten Malang Jawa Timur.
Read More