Tuesday 1 March 2016

// // 1 comment

mengenal siapa itu Syekh Maulana Maghribi

 Siapa sebenarnya Syekh Maulana Maghribi itu? Berdasarkan salah satu cerita atau babad sejarah
Kerajaan Demak, Syekh Maulana Maghribi adalah seorang pemeluk agama Islam dari Jazirah Arab.
Beliau adalah penyebar agama Islam yang memiliki ilmu sangat tinggi. Sebelum sampai di Demak,
beliau terlebih dahulu mengunjungi tanah Pasai (Sumatera). Sebuah riwayat juga mengatakan bahwa
Maulana Maghribi masih keturunan Nabi Muhammad SAW dan masuk golongan waliullah di tanah
Jawa.

Syekh Maulana Maghribi mendarat di Jawa bersamaan dengan berdirinya Kerajaan Demak. Beliau
datang dengan tujuan untuk mengIslamkan orang Jawa. Runtuhnya Kerajaan Majapahit (tonggak
terakhir kerajaan Hindu di Jawa) diganti dengan berdirinya Kerajaan Demak yang didukung oleh para
wali (orang takwa).

Sesudah pelaksanaan pemerintahan di Demak berjalan baik dan rakyat mulai tenteram, para wali
membagi tugas dan wilayah penyebaran agama Islam. Tugas pertama Syekh Maulana Magribi di
daerah Blambangan, Jawa Timur. Beberapa saat setelah menetap di sana, Syekh Maulana Maghribi
menikah dengan putri Adipati Blambangan. Namun pernikahan baru berjalan beberapa bulan, beliau
diusir oleh Adipati Blambangan karena terbukanya kedok bahwa Syekh Maulana ingin menyiarkan
agama Islam.

Setelah meninggalkan Blambangan, Syekh Maulana Maghribi kemudian menuju Tuban. Di Kota
tersebut, Syekh Maulana Maghribi ke tempat sahabatnya yang sama-sama dari Pasai, satu saudara
dengan Sunan Bejagung dan Syekh Siti Jenar. Dari kota Tuban, Syekh Maulana Maghribi kemudian
melanjutkan pengembaraan syiar agamanya ke Mancingan. Ketika menyebarkan Islam di Mancingan,
Syekh Maulana sebenarnya sudah memiliki putra lelaki bernama Jaka Tarub (atau Kidang Telangkas)
dari istri bernama Rasa Wulan, adik dari Sunan Kalijaga (R Sahid). Tatkala ditinggal pergi ayahnya,
Jaka Tarub masih bayi.

Saat meninggalkan Blambangan, sesungguhnya istri Syekh Maulana Maghribi juga tengah
mengandung seorang putra yang kemudian bernama Jaka Samudra. Belakangan hari Jaka Samudra
juga menjadi waliullah di Giri, yang bergelar Prabu Satmata atau Sunan Giri.
Sebelum Syekh Maulana Magribi sampai Mancingan, di sana sudah menetap seorang pendeta Budha
yang pandai bernama Kyai Selaening. Kediaman pendeta tersebut di sebelah timur Parangwedang.
Tempat pemujaan pendeta dan para muridnya di candi yang berdiri di atas Gunung Sentana. Mula-
mula Syekh Maulana menyamar sebagai murid Kyai Selaening. Dalam kehidupan keseharian, Syekh
Maulana kadang-kadang memperlihatkan kelebihannya pada masyarakat setempat. Lama kelamaan
Kyai Selaening mendengar kelebihan yang dimiliki Syekh Maulana Maghribi. Akhirnya Kiai Selaening
memanggil Syekh Maulana Maghribi dan ditanya siapa sebenarnya dirinya.

Kesempatan itu dimanfaatkan oleh Syekh Maulana Maghribi untuk menyampaikan kepada Kyai
Selaening tentang ilmu agama yang sebenarnya. Kedua orang tersebut kemudian saling berdebat
ilmu. Akan tetapi karena Kyai Selaening tidak mampu menandingi ilmu Syekh Maulana, sejak saat itu
Kiai Selaening ganti berguru kepada Syekh Maulana. Kiai Selaening kemudian masuk agama Islam.
Pada waktu itu, di padepokan Kyai Selaening sudah ada dua orang putra pelarian dari Kerajaan
Majapait yang berlindung di sana yaitu Raden Dhandhun dan Raden Dhandher. Keduanya anak dari
Prabu Brawijaya V dari Majapait. Karena Kyai Selaening masuk Islam, dua putra Raja Majapait itu
juga kemudian menjadi Islam. Kedua orang itu kemudian berganti nama menjadi Syekh Bela-Belu dan
Kyai Gagang (Dami) Aking.

Meski berhasil mengislamkan Kiai Saleaning dan para muridnya, Syekh Maulana tidak segera
meninggal Mancingan. Di sana beliau tinggal selama beberapa tahun, membangun padepokan dan
mengajarkan agama Islam kepada warga desa. Beliau tinggal di padepokan di atas Gunung Sentono
dekat candi. Candi tersebut sedikit demi sedikit dikurangi fungsinya sebagai tempat pemujaan.
Hingga meninggal, Kyai Selaening masih menetap di padepokan sebelah timur Parangwedang.
Sebelumnya beliau berpesan kepada anak cucunya agar kuburannya jangan diistimekan. Baru tahun
1950-an makam Kiai Selaening dipugar oleh kerabat dari Daengan . Kemudian pada tahun 1961
diperbaiki hingga lebih baik lagi oleh salah seorang pengusaha dari kota.

Sesudah dianggap cukup menyampaikan syiar di sana, Syekh Maulana meninggalkan Mancingan
kemudian berpesan agar padepokannya dihidup-hidupkan seperti halnya ketika orang-orang itu
menjaga candi. Di padepokan tersebut kemudian orang-orang membuat makam bernisan. Siapa yang
ingin meminta berkah Syekh Maulana cukup meminta di depan nisan tersebut, seolah berhadapan
langsung dengan beliau. Sesudah dari Mancingan, Syekh Maulana Maghribi atau Syekh Maulana
Malik Ibrahim melanjutkan syiar agama Islam ke wilayah Jawa Timur. Setelah meninggal jenazahnya
dimakamkan di makam Gapura, wilayah Gresik.

Silsilah Syekh Maulana Maghribi menurunkan raja-raja Mataram: --- Syekh Jumadil Qubro (Persia
Tanah Arab) --- Ny Tabirah --- Syekh Maulana Maghribi + Dewi Rasa Wulan, putri Raden
Temenggung Wilatikta Bupati Tuban (diperistri Syekh Maulana) ---Jaka Tarub (memperistri Dewi
Nawangwulan) --- Nawangsih (memperistri Raden Bondhan Kejawan) --- Kiai Ageng Getas
Pendhawa --- Kiai Ageng Sela --- Kiai Ageng Anis/Henis --- Kiai Ageng Pemanahan (Kiai Ageng
Mataram) --- Kanjeng Panembahan Senapati --- Kanjeng Susuhunan Seda Krapyak-Kanjeng Sultan
Agung Anyakrakusuma-Kanjeng Susuhunan Prabu Amangkurat (Seda Tegalarum)-Kanjeng
Susuhunan Paku Buwana I-Kanjeng Susuhunan Mangkurat Jawi-raja-raja Keraton Surakarta,
Yogyakarta, Pakualaman, dan Mangkunegaran.

Kendati makam Syekh Maulana di Gunung Sentana bukan tempat jenazah yang sebenarnya, tetapi
setiap ada rombongan peziarah Wali Sanga selalu memerlukan ziarah di makam Syekh Maulana
Parangtritis. Seperti halnya makam leluhur keraton lainnya, setiap bulan Sya’ban, makam Syekh
Maulana Maghribi juga menerima uang dan perlengkapan pemberian dari Keraton Yogyakarta. Setiap
tanggal 25 Sya’ban di makam ini diadakan upacra sadranan.
Read More
// // Leave a Comment

Dasar ISTAWA - keistimewaan KH. NUR HAMIM ‘ADLAN

    KH. Nur Hamim “Adlan mampu hidup didesa yang penuh angkara murka tapi beliau ibarat ikan laut, biarpun hidup di air asin tapi tidak ikut asin, biarpun rumahnya waktu kecil sering untuk ajang perjudian oleh lingkungannya beliau mampu merintis Madrasah yang bergedung dan berkelas, yaitu sejak tanggal 9 Mei 1991 M / 24 Syawal 1411 H. Padahal sebelumnya paling lama empat tahun biasanya murid sudah habis itupun tempatnya masih sementara, seperti Masjid dan Musholla.

 KH. Nur Hamim ‘Adlan bukan seorang yang turun dari pasangan ibu bapak yang ahli keramat , tapi ahli jujur dan mengalah baik pada saudara dan masyarakat. Sehingga orang kebanyakan, para Kyai, Ulama’ banyak yang penasaran, siapakah sebanarnya Kyai Hamim itu ?

 Cerita ketemu cerita ada berita dari pihak ibu masih berdarah Waliyulloh, makamnya sangat keramat. Pada waktu KH Nur Hamim ‘Adlan belum lahir dan masih kecil pekuburan Mbah Djonasi tidak ada yang mengunjungi, karena kalau tidak keluarga tidak diperbolehkan. Kemudian setelah beliau dewasa dan berumah tangga semua orang diperbolehkan asalkan karena Alloh dan tidak menaburkan bunga dan membakar dupa dan kemenyan. Dan dari pihak ayah kabarnya ada yang punya Pondok Pesantren dan kabarnya yang nyantri keluarga keraton Solo juga ada. Tapi sekarang sudah rata dengan tanah tiada bekas, hanya tanahnya yang orang banyak menyebut dukuh Mejid. Ayahnya bernama Kromo Kisman, lahir di Klepu Desa Purworejo Kecamatan Balong Kabupaten Ponorogo. Dan Nenek moyangnya menurut berita yang diterima Kyai Hamim, termasuk pejuang Nglorok dan sudah bertitel Haji. Dan dari turun-temurunnya sama sekali belum ada yang bertitel Haji, hanya beliaulah yang kewarisan titel Haji. Konon kabarnya keturunan nenek moyang beliau di Nglorok sekarang masih, yaitu di Desa Cangkring Nglorok Pacitan. Bahkan beliau juga kewarisan Ilmu Ma’rifat dan Keramatnya, begitu tutur keluarga dari pihak ayah.

 Ada orang yang mengatakan KH. Nur Hamim ‘Adlan punya Ilmu Kanuragan tinggi, seperti pada muda beliau waktu sekolah Mu’allimin Durisawo tiap pagi dan sore di MMH Mayak Ponorogo beliau dijuluki orang “Robot”. Karena kekarnya dan dipukul orang tiada pernah terasa. Pernah pada suatu ketika orang sepuluh pernah dijunjung (dipanggul) selama tiga jam waktu panjat pinang, dan Kyai Hamim tidak memegang pohon pinangnya sama sekali. Sejak saat itulah masyarakat mulai enggan dan mulai mendapat budi baik dan simpati dari masyarakat Kelurahan Purbosuman Ponorogo, yaitu tempat beliau dilahirkan, dan banyak pula lingkungan menyebut dengan sebutan Kyai, dan terakhir dengan berdirinya Pondok Pesantren “Nahrul ‘Ulum”.

 Bukti ilmu kanuragan KH. Nur Hamim ‘Adlan banyak orang yang mendapatkan pertolongan Alloh lantaran Kyai Hamim terhindar dari bahaya / kecelakaan. Kepercayaan masyarakat membekas tiap malam 10 Muharrom setiap tahunnya sudah berlaku sekitar dua belas tahun, KH. Nurhamim “Adlan bin Kisman selalu memimpin Sholat sunah lima puluh salam, dan setelah itu dari mereka ada yang minta digembleng, semoga Alloh memberikan kekuatan Lahir bathin, mantab beribadah kepada Alloh, dengan dirajah badannya dan diberi minuman asmaan. Dan oleh pengurus PP. Nahrul “Ulum peserta asmaan masal tiap malam sepuluh Muharrom selalu dimintai sodaqoh mahar (mas kawin) untuk beli peralatan minyak asmak selamatan dan sisanya untuk Pondok Pesantren Nahrul “Ulum Purbosuman Ponorogo. Dan pribadi Kyai tidak mau menerima dan memakan hasil mahar tersebut sepeserpun bahkan KH. Nur Hamim ‘Adlan tidak tahu bentuk dan jumlah uangnya, alasannya, setelah banyak orang yang bertanya , jawabannya “takut kalau Ikhtiar asmaknya mengecewakan”, (tidak manjur). Bahkan ada yang meminta haekal, udeng(ikat kepala), baju rompi dan mahar/maskawinnya juga untuk kepentingan PP.Nahrul ‘Ulum, uang tersebut untuk membangun fasilitas PP.Nahrul ‘Ulum, menjamu santri yang kurang mampu dan mendanai Istighotsah Ahad Wage ISTAWA yang selalu memakai terop 25 set, dan pengeras tiga set sound sistem, belum terhitung konsumsi dananya. Hidup Kyai Hamim untuk hidup ummat, kemaslahatan ummat, kedamaian ummat.

KH Nur Hamim ‘Adlan bin Kisman waktu dipondok Pesantren , pernah diberi kehebatan oleh Alloh, pernah teman sebangku Kuliyahnya di Fakultas Sari’ah Universitas Hasyim Asy’ari Tebuireng Jombang, pada suatu malam, amalan/wirid didekat makam Hadrotus Syeh Hasyim Asy’ari pendiri PP. Tebuireng Jombang terantuklah temannya yang bernama Lamro, dia mendengar suara dengan jelas didalam kubur Hadrotusyeikh Hasyim ‘Asy’ari, yaitu: Suara KH Nur Hamim ‘Adlan dan suara K. Hasyim Asy’ari, sepertinya K. Hasyim Asy’ari memberi wejangan dan pengajaran kepada KH Nur Hamim ‘Adlan, dikala itu sekitar tahun 1983. Kemudian Lamro menemui temannya Kyai Hamim, Lamro bilang begini : “Mim, kamu tidak ada manfaatnya di Tebuireng, demi Alloh bukan aku mengusirmu, tapi menurut perasaan saya bagi kamu ilmu di Tebuireng ini sudah habis, Insya Alloh tidak ada santri Tebuireng yang sehebat kamu, pulanglah ! akan saya tunggu dan saya saksikan kehebatan tersebut, dan Pak Lamro nama lengkapnya Drs. H. Lamro Ashar, sejak tahun 1979 sampai sekarang belum pulang, sudah berpegawai negeri dan juga membantu mengajar SMA. Wahid Hasyim Tebuireng Jombang, dan juga Tim Keamanan inti, juga pengurus Yayasan Hasyim Asy’ari, hanya saja sekarang membuat rumah cukup megah didesa Seblak (barat Tebuireng).

 Pada bulan Rojab sekitar tahun 1999 masehi, pernah KH Nur Hamim ‘Adlan dipanggil Gus Kholiq almarhum agar datang di Pondok Pesantren Tebuireng, setelah datang disana Kyai Hamim bingung yang mana Maqom KH.Abdul Kholiq Hasyim (Gus Kholiq), kebetulan bertemu dengan teman lama yang bernama Drs. Zainal Arifin yang sehari-hari bertugas sebagai pengurus Perpustakaan Tebuireng Jombang, Kyai Hamim bilang pada Bpk. Zainal Arifin: “ Kang aku kok ditimbali Gus Kholiq, tuduhno sarehanne ! “ jawab Bpk. Zainal : “Lho kang sampeyan kok ditimbali Gus Kholiq, opo arep diparingi ilmu kejadukan?”. Memang konon kabarnya, pembantunya Gus Kholiq jika memijat badan beliau memakai tongkat besi dan ditumbuk-tumbukkan, Gus Kholiq beratnya mendekati dua kwintal, dan cerita unik lainnya pada diri Gus Kholiq. KH Nur Hamim ‘Adlan menjawab pertanyaan Bpk. Zainal, sahutnya : “ Menengo, sing penting sak iki tuduhno maqome Gus Kholiq”. Akhirnya Kyai Hamim diantar ke maqom Gus Kholiq, disitu KH Nur Hamim ‘Adlan diberi Amalan oleh Gus Kholiq berupa Surat An-Nashr 1000 kali dan agar diamalkan setiap seminngu sekali di Tebuireng, dekat Maqom KH,Hasyim Asy’ari, dari bulan Rojab 1419 sampai Rojab 1420 H. Pada waktu Gus Kholiq memanggil itu, Jawa Timur digoncangkan isu Ninja. Dengan rajin Kyai Hamim seminggu sekali datang di Tebuireng membaca amalan tersebut. Alhamdulillah setelah Gus Dur menjadi Presiden, Gus Kholiq memberi isyaroh agar amalannya dihentikan.

 Sebelum pelaksanaan Pemilu 1999 sering Kyai Hamim dipanggil para Wali agar datang di pekuburannya, khususnya Sunan Ampel dan Sunan Kalijaga. Karena hampir setiap hari beliau dipanggil Sunan Ampel dan Suna Kalijaga, sudah tentu dalam hati bertanya : Saya kok bingung kenapa setiap hari saya dipanggil?, kemudian waktu naik bis Beliau terantuk dan melihat lampu sumbu (Ublik bahasa Jawanya) yang menyala kemudian padam. Kyai Hamim sudah tanggap tugasnya adalah: Agar berdo’a suasana kampanye tidak panas, dan bila ada kerusuhan cepat padam, mungkin sebagai hadiahnya, bulan Muharrom 1421 tanggal 1 Kyai Hamim diberi Ijazah oleh Kanjeng Sunan Ampel membacakan Kitab Ihya’ Ulumuddin. Kemudian dimintakan pendapat ahli mukasyafah tentang Ijazah Kitab Ihya’ tersebut padahal belum pernah ngajikan kitab tersebut dan takut sesat, ternyata mereka berpendapat, hal itu adalah shohih dan diizinkam oleh para Kyai yang dihubungi Kyai Hamim yang saat ini masih hidup termasuk tidak ketinggalan beliau Mbah Lim (KH. Muslim Imam Puro) Klaten Jawa Tengah. Dan delapan belas hari kemudian tepatnya 18 Muharrom 1421 H., mendapatkan amanah para Wali agar ber-Istighotsah massal tiap Ahad Wage. Menurut perhitungan jawa, Ahad = 5, Wage = 4, jumlah = 9. Insya Alloh KH Nur Hamim ‘Adlan mengemban amanah Wali Songo.

 Dan ketika KH Nur Hamim ‘Adlan berfikir: Apa nama Istighotsah ini , maka ketika akan menelaah kitab Ihya’ Ulumuddin yang dibacakan dihadapan santriwan/santri putriNya tiap setelah Shubuh, terlihatlah sinar yang bertuliskan “ISTAWA”, maka Istighotsah yang saat ini dirintis, dipimpin dan diasuh oleh KH. Hamim ‘Adlan diberi nama “ISTAWA”.

 H. Abdul Qoyyum Mansur (Gus Qoyum) Pengasuh PP. AN-NUR Lasem Jawa Tengah, beliau memaparkan kata ISTAWA dalam Al-Qur’an, ternyata ada 12 lafadz Istawa dalam Al-Qur’an, yang tafsiran dari ayat satu dengan yang lainnya berbeda arti dan maknanya, yaitu:

 1. Surat Al-Baqoroh ayat 29 :
هُوَ الَّذِي خَلَقَ لَكُمْ مَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا ثُمَّ اسْتَوَىٰ إِلَى السَّمَاءِ فَسَوَّاهُنَّ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ ۚ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
 Terjemahannya :
 “Dialah Allah yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak menuju langit , lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.”

 2. Surat Al-A’raaf ayat 54 :
إِنَّ رَبَّكُمُ اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَىٰ عَلَى الْعَرْشِ يُغْشِي اللَّيْلَ النَّهَارَ يَطْلُبُهُ حَثِيثًا وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ وَالنُّجُومَ مُسَخَّرَاتٍ بِأَمْرِهِ ۗ أَلَا لَهُ الْخَلْقُ وَالْأَمْرُ ۗ تَبَارَكَ اللَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ
 Terjemahannya : “Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam diatas ‘Arsy. Dia menutupkan malam kepeda siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula)matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalahhak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam”.

 3. Surat Yunus ayat 3 :
إِنَّ رَبَّكُمُ اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَىٰ عَلَى الْعَرْشِ ۖ يُدَبِّرُ الْأَمْرَ ۖ مَا مِنْ شَفِيعٍ إِلَّا مِنْ بَعْدِ إِذْنِهِ ۚ ذَٰلِكُمُ اللَّهُ رَبُّكُمْ فَاعْبُدُوهُ ۚ أَفَلَا تَذَكَّرُونَ
 Terjemahannya : “Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah Yang menciptakan langit dam bumidalam enam masa, kemudian Dia bersemayam diatas ‘Arsy untuk mengatur segala urusan. Tiada seorangpun yang akan memberi syafaat kecuali sudah ada izin-Nya.(Dzat) yang demikian itu Allah, Tuhan kamu, maka sembahlah Dia. Maka apakah kamu tidak mengambil pelajaran ?”.

 4. Surat Ar-Ra’ad ayat 2 :
اللَّهُ الَّذِي رَفَعَ السَّمَاوَاتِ بِغَيْرِ عَمَدٍ تَرَوْنَهَا ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ وَسَخَّرَ الشَّمْسَ 
وَالْقَمَرَ كُلٌّ يَجْرِي لأجَلٍ مُسَمًّى يُدَبِّرُ الأمْرَ يُفَصِّلُ الآيَاتِ لَعَلَّكُمْ بِلِقَاءِ رَبِّكُمْ تُوقِنُونَ 
 Terjemahannya : “Allah-lah yang meninggikan langit tanpa tiang (sebagai) mana yang kamu lihat, kemudian Dia bersemayam diatas “Asry, dan menundukkan matahari dan bulan. Masing-masing beredar hinggga waktu yang ditentukan. Allah mengatur urusan (makhluq-Nya), menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya), supaya kamu meyakini pertemuan (mu) dengan Tuhanmu”.

 5. Surat Thaahaa ayat 5 :
الرَّحْمَنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوَى
 Terjemahannya : “(Yaitu) Tuhan Yang Maha Pemurah, Yang bersemayam diatas ‘Arsy”.

 6. Surat Al-Furqaan ayat 59 :
الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ الرَّحْمَنُ فَاسْأَلْ بِهِ خَبِيرًا
 Terjemahannya : “Yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam diatas ‘Arsy, (Dialah) Yang Maha Pemurah, maka tanyakanlah (tentang Allah) kepada yang lebih mengetahui (Muhammad) tentang Dia”.

 7. Surat Al-Qashash ayat 14 :
وَلَمَّا بَلَغَ أَشُدَّهُ وَاسْتَوَى آتَيْنَاهُ حُكْمًا وَعِلْمًا وَكَذَلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ
 Terjemahannya : “Dan setelah Musa cukup umur dan sempurna akalnya, Kami berikan kepadanya hikmah (kenabian) dan pengetahuan, Dan demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik”.

 8. Surat As Sajdah ayat 4 :
اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ مَا لَكُمْ مِنْ دُونِهِ مِنْ وَلِيٍّ وَلا شَفِيعٍ أَفَلا تَتَذَكَّرُونَ
 Terjemahannya : “Allah-lah yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya dalam enam masa , kemudian dia bersemayam diatas “Arsy. Tidak ada bagi kamu selain dari pada-Nya seorang penolongpun dan tidak (pula) seorang pemberi syafa’at. Maka apakah kamu tidak memperhatikan”.

 9. Surat Fushshilat ayat 11 :
ثُمَّ اسْتَوَى إِلَى السَّمَاءِ وَهِيَ دُخَانٌ فَقَالَ لَهَا وَلِلأرْضِ اِئْتِيَا طَوْعًا أَوْ كَرْهًا قَالَتَا أَتَيْنَا طَائِعِينَ
 Terjemahannya : “Kemudian Dia menuju langit dan langit itu merupakan asap, lalu dia berkata kepadanya dan kepada bumi : “Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa”. Keduanya menjawab : “Kami datang dengan suka hati”.

 10. Surat Al-Fat-h ayat 29 :
مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ ۚ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ ۖ تَرَاهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَبْتَغُونَ فَضْلًا مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانًا ۖ سِيمَاهُمْ فِي وُجُوهِهِمْ مِنْ أَثَرِ السُّجُودِ ۚ ذَٰلِكَ مَثَلُهُمْ فِي التَّوْرَاةِ ۚ وَمَثَلُهُمْ فِي الْإِنْجِيلِ كَزَرْعٍ أَخْرَجَ شَطْأَهُ فَآزَرَهُ فَاسْتَغْلَظَ فَاسْتَوَىٰ عَلَىٰ سُوقِهِ يُعْجِبُ الزُّرَّاعَ لِيَغِيظَ بِهِمُ الْكُفَّارَ ۗ وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ مِنْهُمْ مَغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا
 Terjemahannya : “Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka: kamu lihat mereka ruku’ dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya , tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus diatas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mu’min). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh diantara mereka ampunan dan pahala yang besar”.

 11. Surat An-Najm ayat 6 :
ذُو مِرَّةٍ فَاسْتَوَى
 Terjemahannya : “Yang mempunyai akal yang cerdas, dan (Jibril itu) menampakkan diri dengan rupa yang asli”.

 12. Surat Al-Hadid ayat 4 :
هُوَ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَىٰ عَلَى الْعَرْشِ ۚ يَعْلَمُ مَا يَلِجُ فِي الْأَرْضِ وَمَا يَخْرُجُ مِنْهَا وَمَا يَنْزِلُ مِنَ السَّمَاءِ وَمَا يَعْرُجُ فِيهَا ۖ وَهُوَ مَعَكُمْ أَيْنَ مَا كُنْتُمْ ۚ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ
 Terjemahannya : “Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa; Kemudian Dia bersemayam diatas ‘Asry, Dia mengetahui apa yang masuk kedalam bumi dan apa yang keluar dari padanya dan apa yang turun dari langit dan apa yang naik kepadanya . Dan Dia bersama kamu dimana saja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan”.

 Akhirnya beliau meyimpulkan bahwa, Istighotsah Ahad Wage “ISTAWA”, bukan sembarang Istighotsah, maka pantas kalau dalam waktu dekat banyak peminat dan mulai bertahan satu tahun, diharapkan tetap jaya selamanya.
Read More